Jumat, 27 Mei 2016

Tak Pernah Ku Miliki "Sahabat Sejati"

kegalauanku dari kecil, tangisku, semua keluh kesahku. Dan berbagai permasalahanku sejak SD sampai Kuliah, masih tentang teman.
Aku merasa dalam hidupku, aq tak memiliki sosok yang bisa ku andalkan, padahal aku butuh 1 orang saja yang bisa aku beri semuanya, kebahagiaan dan masalahku. 
Banyak teman yang aku miliki, tapi terkadang aku merasa selalu sepi.
Aku selalu mencoba menjadi orang yang berguna dan bermanfaat bagi siapapun yang ku anggap teman,
Dengan pengalaman dan ilmu yang aku tau aku selalu coba membantu siapapun.
Tapi tidak ada yang kurasa benar-benar sejati, yang tau siapa aku dari dulu, tapi sifat dan kebiasaanku, tau apa yang aku suka dan tidak aku sukai tanpa aku beritau.
Dia yang perhatian padaku, sehingga hafal dengan gerak gerikku. Tidak ada, setiap aku memiliki teman, tak pernah ku rasa ada kesamaan pikiran dan cara hidup yang sama.
Dari sejak aku kecil, di desa. Rumahku adalah rumah terbagus di desa itu, makanan selalu tersedia melimpah ruah, apapun hang aku butuhkan selalu ada, bahkan teman-temanku aku jamu agar senang ke rumahku. Tapi sangat sulit untuk mereka datang bermain dan mampir ke rumahku.
Banyak hal yang aku lakukan agar temanku datang ke rumahku, banyak yang aku korbankan. Tapi seiring berjalannya waktu, semua sama saja. Dari waktu ke waktu sampai aku besar, sangat sulit mengajak seseorang agar mau ke rumahku. padahal aku slalu membuat agar mereka nyaman.
Hanya orang-orang yang tidak perhitungan yang mau mampir di rumahku, tapi dari masa ke masa selalu menghilang, temanku datang dan pergi.

Aku mudah mencari teman baru, tapi aku sulit mencarin yang sejati. Sulit yang menerima aku dengan sifat dan tau masalaluku.
Saat aku merendahkan diri, dan berteman dengan strata yang lebih rendah. Aku dianggap rendah, sama seperti mereka sehingga saat aku memiliki sesuatu yang menonjol mereka tidak bisa menerimanya.
Saat aku berteman dengan strata tinggi, aku tidak bisa mengimbangi gaya hidup mereka, susah memang. 
Aku yang ambisius, dan tidak bisa menjadi pengikut. Aku terbiasa menjadi leader dimanapun aku berada, itu sudah didikan ayahku dari kecil.
Apakah aku harus menghilangkan sifal kepemimpinanku? aku rasa tidak, tidak semua wanita punya sifat tegas dan bisa memimpin. Dimanapun aku berada aku selalu percaya diri dan tidak ikut ikutan ataupun menunggu teman. Aku selalu berada di garis depan, sedangkan aku tak bisa menunggu pergerakan temanku yang plin plan dan lamban, gerakku cepat. Sangat buang buang waktu jika aku menunggu teman teman yang menghambat pergerakanku, mungkin krn rasa setia kawanku rendah aku tak memiliki teman sejati.
Karena mereka rela gagal untuk menunggu temannya sampai dipuncak bersamaan, sedangkan jika aku mendaki aku akan mencapai puncak lebih dulu baru menunggu temanku di puncak.

Yah, itulah plus minusnya. Jadi aku dicari saat teman-temanku membutuhkanku saja. tidak berbagi kebahagiaan denganku, kadang itu sedihnya.
Sudah bersama sama, bahagianya bersama orang lain yang tidak merasakan susahnya.

Waktu susah jadi teman, waktu sukses jadi saingan. itu tipe teman temanku, coba mereka bisa berpikir sepertiku. 
waktu susah jadi teman, waktu sukses jadi sahabat.
itu yang tidak dimiliki mereka, sekarang kamu bersama teman barumu yang taunya kamu orang sukses, lalu mendompleng kesuksesanmu, besok setelah dia sukses dia bakal ninggalin kamu juga, sama seperti kamu ninggalin aku.

Sejak dulu aku selalu bertepuk sebelah tangan dalam persahabatan, orang yang aku anggap sahabat dan ku berikan banyak hal. Ternyata hanya anggap aku seorang teman biasa.
Begitu ku spesialkan dirinya, sedang dia mengganggapku sekedar teman.

Aku bersyukur memiliki kekasih yang bisa ku jadikan teman/sahabat. itu yang membuat aku ingin kemana mana bersamanya, karena pacarku juga sahabatku.
Cuma terkadang teman wanitaku tak mau terima saat aku ingin bersama dengan pacarku sekaligus dengan temanku. Mereka tak mengerti bahwa pacarku juga sama posisinya dengan mereka, yaitu teman. Saat aku bersama temanku pacarku juga menjadi temanku, saat aku berdua dengannya barulah dia jadi pacarku.








Rabu, 25 Mei 2016

Menikah Muda

Kalimat itu tidak pernah ada dalam kamus saya, mungkin juga dilihat dari latar belakang orang tua saya yang menikah di usia matang.
Menurut saya, saya memiliki nasib yang beruntung karena mendapat didikan yang baik oleh orang tua saya.
Ayah saya sangat ahli di bidang agama dan sosial masyarakat, sedangkan ibu saya ahli dibidanh finace/keuangan.
walaupun mereka berdua tidak sempurna, namun bagi saya mereka lebih dari orang tua lainnya. Bukan karena saya anaknya, tapi karena banyak orang tua yang menikah belum memantapkan diri sebelum menikah.
Mereka hanya tau "Ingin Menikah" tapi tidak punya bekal dalam gal pendewasaan, dewasa bukan berarti tua tapi dewasa berarti cara pandang kita dalam menghadapi masalah itu luas.
Hal itu bisa terjadi jika seseorang memiliki pengerahuan dan pengalaman yang cukup sebelum ia menikah.

Saya sangat menghindari menikah diusia muda karena banyak faktor.
Ingat setiap wanita yang sudah menstruasi bisa mengandung, tapi tidak semua wanita bisa menjadi ibu yang baik bagi anaknya. Mungki bisa menjadi istri yang baik bagi suaminya, tapi belum tentu bagi anaknya.
sebagai wanita banyak faktor yang harus di persiapkan, saat muda habiskanlah kesenangan masa mudamu bersama teman-temanmu, agar saat kita menikah kita tidak lagi berperilaku kekanak-kanakan, jadi orang tua yang bijak sana tanpa emosi berlebih.
Sebelum menikah banyak hal yang perlu dipersiapkan,
1. Mental 
apakah mental kita siap menjadi seorang suami/istri yang nantinya memiliki tanggung jawab kepada pasangan, keluarga, dan masyarakat.
2. Restu
Tanpa restu dari keluarga, dan orang terdekat perkawinan tidak akan lancar.
Jika banyak orang yang tidak merestuimy artinya hubunganmu dengan calonmu perlu dipertanyakan, apa sebabnya?
Jika kita menikah, semua orang disekitar kita harus merasakan kebahagiaan barulah rumah tangga itu akan bahagia.
3. Materi
jika mental siap, restu sudah dikantongi. maka tahap selanjutnya adalah mengumpulkan materi, untuk apa?
untuk makan, untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan pribadi.
Dan kelak untuk masa depan anak-anak kita.
Jadi harus kaya dulu dong baru nikah? NO!!
Minimal punya penghasilan yang cukup untuk makan, kebutuhan sehari-hari, dan biaya kesejahteraan (kesehatan & refreshing).
Gak lucu dong, udah nikah masih minta duit orang tua? apa pagi ngutang sana sini untuk shopping atau cicilan prabotan rumah.
Jika suami gajinya pas pasan, si wanita cobalah bekerja, baik diluar rumah atau didalam rumah (sambilan). Jangan kalian pikir saat menikah si suami harus memenuhi biaya hidup istri, oke kalo suaminya kaya hartanya 7 turunan gak abis-abis it's no problem.
4. Ilmu Pengetahuan
ilmu pengetahuan sangat penting dimasa sekarang, dimana perkembangan sangat pesat. Jadi raihlah pendidikan yang cukup sebelum menikah, agar kelak dapat mengajari anak dan ilmu tersebut dapat di gunakan dalam masyarakat dan keluarga. Selain ilmu formal di sekolah, jangan lupa perdalam ilmu agama. Karena ilmu tanpa agama akan buta, sedangkan agama tanpa ilmu akan lumpuh.
Kedua ilmu ini harus dikuasai, agar keharmonisan dalam keluarga dapat tercipta, masa depan baik dan moral yang baik dalam mendidik sang buah hati.
5.Rencanakan Dari Awal
Apa sih yang perlu direncanakan?
Banyak yang perlu direncanakan, cobalah berdiskusi dengan calon suami/istri bagaimana besok jika kita menikah. Pandangan berbeda dan ego yang tinggi akan terlihat saat itu, apakah ego padangan dapat turun ketika menikah atau pandangan yang berbeda dapat diambil jalan tengahnya.
Sebab perbedaan pendapat cendrung menyebabkan pasangan duami istri sering cekcok, hal itu tidak baik di dengar oleh mertua, keluarga ataupun anak kita.
Maka semua perlu direncanakan, agar ketika berumah tangga semua dapat sejalan sesuai peranannya masing masing.