Dharmatula di Griya Petamon Negara Jembrana yg diselenggarakan oleh gr. Komang Wiasa ( Yayasan Mustika Raung ) menghadirkan tiga ahli Weda dg topik "Mencari titik temu tradisi Bhujangga Waisnawa Bali dg Bhujangga Waisnawa kitab suci Weda" Minggu, 11 Desember 2016
Kesimpulan hasil Dharmatula :
1. Semeton Bhujangga Waisnawa Bali mutlak perlu belajar kitab suci Weda, Ithiasa dn Purana dismping lontar2 yg berbahasa jawa kuno dan bahasa bali demi menjalankan "Bhisama" leluhur dari Rsi Markandya ( Rsi Madura ) yg berbunyi "Yan sang Bhujangga tan wruh ring Dharma Pustaka, sipat sang Bhujangga, tuhu burat-barit sanaknia" dan juga dalam lontar Batur Kelawasan Petak termuat Rsi Markandya datang ke bali membawa Catur Weda ( reg, atharwa, sama, yajur weda ).
2. Tradisi Bhujangga Waisnawa di Bali pada hakikatnya bersumber dari kitab suci, shg tidak ad yg prlu dipertntangka, jika saat ini masih ada yg suka mempertentangkan itu semata-mata keterbatasan penguasaan sastra sansekerta, jawa kuno dan bali.
3. Paruman Para Rsi dalam Mahasabha Bali Beach, memutuskan bahwa Bhujangga Waisnawa adalah pemuna "Narayana" karna itu bacalah kitab Nãrãyana-Sūktah dan Nãrãyana-Upanisad.
4. Jika ada yg beropini Bhujangga Waisnawa Bali adalah Siwa Sidhanta, mohon untuk membaca kitab Siwa Purana yaitu bagaimana Dewa Siwa bersabda kpd Dewi Parvati untuk memuja Narayana.
5. Tubuh seorang bhujangga waisnawa ibarat kuil/pura/tempat suci, yang terdiri dari jiwa dan raga (nama rupa) karena itu harus di jaga dan dipelihara kesuciannya.
Memelihara pisik dengan mandi, dan makanan satwika. Sedangkan memelihara jiwa dengan japa mantra, samskara (yadnya untuk penyucian diri), dan berpikir positif.
6. Sesana/prilaku/pola hidup seorang bhujangga waisnawa :
1. sesuai dengan catur asrama, bramacari (masa mengenal Tuhan Narayana melalui belajar ilmu pengetahun yang bersumber dari veda), Grehasta / berumah tangga punya 4 misi yaitu menegakkan Dharma, melahirkan suputra, mengumpulkan harta, dan menyelamatkan roh. Wanaprasta, melatih hidup berkeseimbangan antara tujuan duniawi dan non duniawi, mulai pada pertengahan usia. Dan sanyasa adalah melatih perginya roh dari badan.
2. Bangun sebelum matahari terbit, mandi, berbusana bersih, sembahyang, makan satwika, menjalankan swadharma dengan tulus ikhlas sebagai bagian dari bakti kepada Narayana, rendah hati, menghargai semua ciptaan Tuhan, berbicara dengan lembut, hormat pada orang tua, tidur secukupnya.
Semoga bermanfaat buat generasi muda Bhujangga Waisnawa.